Senin, 15 Maret 2010

Batik Banyumas

Batik pengaruh keraton memadukan ragam hias utama batik Keraton Mataram dengan ragam hias khas daerah setempat sebagai susunan pola, yang kemudian berkembang sesuai selera masyarakat setempat. Pengaruh ini sudah berlangsung sejak abad ke-17, saat Sultan Agung dari Mataram menguasai hampir seluruh Pulau Jawa, bahkan sampai Palembang dan Jambi di Sumatra, serta Banjarmasin di Kalimantan Selatan.

Seni dan budaya Mataram termasuk wastra batik, tersebar luas di masa Sultan Agung. Tak cuma ke daerah sekitar seperti Banyumas, tetapi juga hingga ke Madura. Pengaruh keraton pada batik Cirebon terjadi saat Sultan Agung memperistri Putri Keraton Cirebon. Beberapa kawasan Jawa Barat saat itu juga menjadi wilayah Mataram, hingga bisa dipahamibila pengaruh batik keraton juga sampai ke Garut.

Saat pecah Perang Diponegoro, banyak tentara Mataram tinggal di Banyumas bersama PAngeran Puger. Dari sisi para pembatik keturunan Tionghoa dan Arab mendapat pengaruh batik keraton. Pola Banyumasan yang terkenal antara lain parang curiga, dan lumbon. Ada juga jahe srimpang dengan ragam hias irisan jahe di sela-sela lar dan burung, dan pola ceplok ayam puger. Pola Banyumasan lain yang jelas terpengaruh batik keraton adalh klewer, tambal, dan sidomulya.

0 comments:

Posting Komentar