Rabu, 10 Maret 2010

Batik Fraktal

Dunia desain adalh dunia kreatifitas yang terus berkembang sejalan dengan pemahaman manusia (seniman)terhadap dunia seni yang digelutinya. Demikian halnya dengan desain atau pola batik Indonesia. Berbagai seni man terus mencari bentuk-bentuk ekspresi baru. Satu desain atau pola batik yang popular akhir-akhir ini adalah batik Fraktal.

Fraktal berasal dari kata fractus dalam bahasa Yunani, yang artinya pecah. Dalam bidang Fisika, fractal adalah bentuk geometri yang tidak teratur, namun memeiliki kemiripan. Dalam desain, fractal berarti percabangan atau perpecahan dan pengulangan dari suatu bentuk atau corak.

Istilah batik fractal kini digunakan untuk mendeksripsikan batik dengan corak yang motifnya dibuat oleh komputer. Dengan komputer, desain corak dan motif batik fraktal dapat menjadi lebih rumit dan detail disbanding batik tradisional.

Meski batik fraktal termasuk trend baru, sebenarnya batik tradisional pun dapat dikatakan bermotif fraktal.. Motif parang rusak misalnya, adalah perpecahan dari bentuk parang yang diulang secara sejajar. Seorang desainer batik fraktal dapat mempelajari suatu motif batik tradisional, mencari “rumus”nya, lalu dibuat gambar barunya dengan computer, untuk dirapikan dan dicetak ulang.

Proses pembuatannya, relative sama rumitnya dengan batik tradisional. Pertama pengerjaan desain dilakukan dengan komputer, gambar dicetak dan diperbesar, lalu dipindahkan ke kertas kerja untuk kemudian diaplikasikan pada wastra. Selanjutnya wastra dibatik seperti biasa, dengan metode cap atau tulis.

Sejauh ini, batik fraktal dan fisika batik baru dipelajari dan dikembangkan oleh dua badan di Bandung. Bandung Fe Institute, mengeluarkan buku Fisika Batik: Jejak Sains Modern dalam Seni Tradisi Indonesia, juga Pixel People, sekumpulan ilmuwan yang menegembangkan seni generative dari kebudayaan Indonesia.

Salah satu pelopor batik fraktal di Indonesia adalah Komarudin kadiya (40), pemilik Batik Komar Bandung. Sebagai pengusaha batik modern, Komarudin tidak hanya mengimproviasi motif dan corak lama, tapi juga menciptakan ide-ide baru dari inspirasi di sekitar. “Ketika ke Jepang saya terinspirasi bentuk snowflake atau kristal air. Tema Lain yang menarik misalnya mollusca atau kerang-kerangan,” ceritanya.

Menurut Komarudin, batik fraktal turut memperkaya ragam hias batik. Namun ia tidak menyangkal ada sedikit bentrokan dengan generasi terdahulu. “Saya tetap menjunjung tinggi karya-karya batik klasik. Namun pada aplikasinya, semakin banyak orang mencampuradukkan berbagai macam motif. Itu adalah bentuk improvisasi masyarkata modernyang harus diapresiasi juga,” paparnya.

0 comments:

Posting Komentar