Selasa, 09 Maret 2010

Batik Selayang Pandang

Seni wastra (kain) batik telah menempuh perjalanan panjang dalam tatanan budaya Indonesia. Dari ragam hias motif di dinding candi kuno, hingga desain/pola modern yang menghiasi busana. Dari pola parang rusak kreasi Sultan Agung pada abad ke-17, hingga batik Iwan Tirta dan batik fractal (corak dan motifnya dibuat dengan computer). Batik selalu eksklusif, tak pernah ada helai wastra batik yang benar-benar sama satu dengan yang lain. Tersimpan banyak kisah di tiap lembar wastra batik. Sebagai sebuah pencapaian budaya, warisan budaya dunia dari Indonesia, seni batik tidak akan sirna, jika kita sadar sebagai penentu arah perkembangannya.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebut batik sebagai kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan menerakan (menuliskan) malam (lilin batik) pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Iwan Tirta, maestro batik, menyebutnya sebagai teknik atau proses mencelup dan menghias permukaan kain dengan menggunakan malam sebagai penahan warna. Senada dengan itu, H.Santosa Dullah, seniman dan pendiri Museum Batik Danar Hadi Solo, menyebutnya sebagai proses membuat ragam hias/gambar pada lembar kain (wastra) dengan teknik celup rintang menggunakan malam.
(Suplemen FEMINA 2010)

0 comments:

Posting Komentar